Langsung ke konten utama

Adab dan Keseharian Seorang Muslim

Dalam Islam setiap hal yang ada dalam kehidupan kita itu sudah diatur oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Seluruh sendi kehidupan kita telah diatur, mulai dari hal yang terkecil hingga hal-hal yang besar. Namun sekarang, sadarkah anda? Bahwa ternyata aturan dalam kehidupan yang telah Allah turunkan itu sudah banyak dicampakkan oleh kaum muslimin itu sendiri. Tetapi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan aturan tersebut?

Hal itulah yang disebut sebagai adab dalam kehidupan. Allah telah menetapkannya dari yang terkecil hingga perkara-perkara besar. Allah telah gariskan adab-adab tersebut untuk kita, umat manusia, agar hidup kita mampu berjalan dengan semestinya. Namun sekarang, realitasnya begitu terbalik. Adab-adab dalam keseharian seorang muslim ternyata telah banyak ditinggalkan oleh kaum muslimin sendiri. Bahkan, banyak diantara kaum muslimin yang ternyata bertindak tanpa adab atau justru biadab.
Mereka yang berbuat demikian telah melupakan hal-hal yang telah Allah gariskan untuk kita, yaitu adab itu sendiri. Adab makan dan minum, adab berpakaian, adab berpergian, adab tidur, atauh bahkan adab buang air telah Allah atur melalui kitabullah dan telah dijelaskan melalui sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan rupanya, kita sebagai kaum muslimin banyak melupakannya.
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) masjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. al-A’raaf: 31)
Kita banyak melihat orang-orang yang di sekitar kita makan dan minum dengan sembarangan, dalam keadaan berdiri atau bahkan menggunakan tangan kiri. Dengan puasnya mereka melakukan hal itu tanpa beban dan merasa tak bersalah. Padahal sesungguhnya mereka telah melupakan identitas mereka sebagai kaum muslimin!
Kita juga banyak melihat orang-orang di sekitar kita melakukan aktifitas mereka tanpa adanya aturan. Misalnya tidak membiasakan masuk kamar mandi dengan kaki kiri, atau melepaskan sepatu dari yang kanan terlebih dahulu, atau mengganggu tetangga yang lain, dan masih banyak lagi. Sebenarnya, disadari atau tidak hal-hal tersebut merupakan salah satu bentuk kesalahan kita terhadap Allah azza wa jalla. Hal-hal yang mungkin kita anggap sepele itu mungkin ternyata adalah batu loncatan kita ke surga, atau mungkin batu licin yang menggelincirkan kita ke neraka.
Suatu hal, yang kita lakukan dengan adab yang benar akan dinilai oleh Allah sebagai amal kebaikan dan ibadah kita. Meskipun hal itu merupakan hal yang terkecil, Namun jika kita lakukan secara terus menerus dalam kehidupannya kita sehari-hari tentu akan mendapatkan nilai yang bagus dari Allah.
Sebaliknya, jika kita tidak melakukan hal itu tanpa adab dan ilmunya, maka hal itu hanyalah merupakan suatu amalan yang sia-sia. Atau bahkan mungkin bisa mencelakakan kita jika kita tidak mampu merubahnya ke arah yang lebih baik, yaitu adab yang benar.
Janganlah kita menganggap bahwa persoalan adab ini sebagai masalah yang sepele. Karena adab ini sejatinya merupakan salah satu hal yang paling mendasar dari bermuamalah (berhubungan dengan manusia lainnya, hablum minannas). Bayangkan saja, apakah dengan adab yang buruk maka orang-orang akan senang dengan kepribadian anda? Apakah hubungan dan interaksi sosial orang yang beradab buruk akan lebih berjalan lancar jika dibandingkan dengan orang yang beradab baik?
Adab juga mampu mencerminkan siapa sebenarnya diri kita. Jika adabnya baik maka insya Allah akhlaknya juga baik. Demikian pula sebaliknya. Dari adab, orang lain mampu menilai diri kita. Dan dengan adab yang baik, maka insya Allah hal itu menunjukkan bahwa perilaku orang itu pun baik, dan dampaknya?
“...Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Q.S. Ali Imran: 134)
Wallahu a'lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Search engine optimization (SEO) 2020 is the science and art of increasing traffic to a website by helping it rank higher in organic search engine results

...

The Cece & Juan Vignettes: Ch 6

Hey, loves! We're back again for another episode of The Cece & Juan Chronicles. If you're new here, you can catch up with the other chapters here: CHAPTER ONE CHAPTER TWO CHAPTER THREE CHAPTER FOUR CHAPTER FIVE * Chapter 6 - Changes Juan POV 14 years old ... "How? How , Miguel?" Juan shook his head at the table, his younger sisters too busy with the tablet they were currently sharing to watch their favorite YouTubers more important than their mother's fake breakdown. Then again, maybe that was why they didn't care--because they knew it was just their ma acting her usual way again. "Steph--" "How do I have a fourteen-year-old , Miguel? He was just five !" His mother had been doing this and going on since he first woke up that morning. Since his birthday fell right in the middle of the week this year, he hadn't cared too much about the actual day he turned fourteen. He was more excited for the coming weekend when his parents planned a...

Tips dan Trik