Serukanlah kepada kami karena sesungguhnya kami membawa suatu kebaikan, kumpulkanlah kepada kami manusia maka akan kami bacakan kepada mereka dzikir, kami akan menjadi dokter bagi yang sakit, akan diam penduduk dunia jika tidak mendengar semboyan kami; “Allah adalah tujuan kami, Rasul adalah pemimpin kami, Al-Quran dustur kami, jihad adalah jalan hidup kami, mati di jalan Allah adalah cita-cita tertinggi kami…-Hasan Al Banna-
Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga terus tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta segenap keluarganya, para sahabatnya. Amma ba’d. Sebelumnya, kami berterimakasih kepada yang telah memberi komentar, masukan, dan saran di posting kami yang sebelumnya. Karena itu, kami berusaha menyempurnakan penjelasan tentang IM yang telah dibahas sebelumnya agar kaum muslimin semakin yakin dan mantap bahwa masih banyak orang-orang IM yang masih jauh dari kebenaran meski mereka terus mendakwahkan apa yang mereka namakan kebenaran itu sendiri. Semoga bermanfaat.
Ikhwanul Muslimin (IM) merupakan salah satu gerakan dakwah terbesar di dunia, telah menyebarkan pengaruhnya ke seluruh penjuru bumi. Banyak orang mengira, dengan jumlah pengikut yang besar maka gerakan dakwah itu adalah gerakan dakwah yang benar. Banyak yang mengira, dengan orang-orang berengaruh dari IM maka gerakan itu adalah gerakan orang-orang yang lurus. Banyak yang mengira, dengan metodenya yang memesona maka dakwah mereka adalah dakwah yang mulia.
Akan tetapi siapa sangka, dibalik jubah keIslaman mereka yang ditampakkan ternyata tersembunyi virus-virus penghancur kaum muslimin dari nilai-nilai Qur’an dan Sunnah. Berikut kami bawakan beberapa cuplikan penyimpangan sebagian tokoh IM dari nilai-nilai Islam yang luhur.
Yang pertama, Perayaan maulid Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Berkata Mahmud ‘Abdul Haliim dalam kitabnya, Al Ikhwanul Muslimun Ahdaatsun Shana’atit Taarikh (1/109):
“Kami dulu pergi bersama setiap malam ke masjid Sayyidah Zainab, lalu kami melaksanakan shalai ‘Isya’, kemudian kami keluar dari masjid dan berbaris dalam beberapa shaff (di luar masjid), di depan kami berdiri ustadz mursyid (Hasan Al Banna) melantunkan salah satu dari nasyid-nasyid maulid Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , dan kami mengikuti lantunannya secara bersama-sama dengan suara yang keras (sehingga) mengundang perhatian (orang).”
Lihat juga keterangan ‘Abbas As Siisy dalam kitabnya Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin (1/48) dan (2/46). Juga dalam Majallatud Da’wah (hlm. 16, edisi ke-21, bulan Rabi’ul Awwal Tahun 1398 H) pimpinan ‘Umar At Tilmisaany ketika menjadi mursyid IM.
Padahal dalam sejarah, tidak pernah kita temukan catatan mengenai perayaan maulid Nabi ini dirayakan oleh para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Perayaan ini pertama kali dibuat pada abad ke-4 Hijriah oleh orang-orang dari Bani Fathimiyah, sebuah daulah Syi’ah Bathiniyah. Pendirinya, Ubaidillah bin Maimun Al Qaddah, adalah orang yang mengaku keturunan Nabi padahal para ahli nasab telah meneliti bahwa sebenarnya ia keturunan Majusi atau Yahudi. Bani Fathimiyah ini menghidupkan 6 hari raya: Maulid Nabi, Maulid Ali, Maulid Fathimah, Maulid Hasan, Maulid Husain, dan Maulid raja yang berkuasa. (Al Khuthath, Al Maqrizi; Al Bida’ Al Hauliyah, Abdullah bin Abdul Aziz At Tuwaijiri)
Yang kedua: Perayaan malam Isra’ dan Mi’raj.
Lihat ucapan At Tilmisaany dalam Majallatud Da’wah(hlm. 4-5, edisi ke-13, bulan Rajab tahun 1397 H). Dan ucapan As Siisy dalam kitabnya Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin (1/141-142).
Yang ketiga, Perayaan memperingati peristiwa perang Badar
Berkata Mahmud ‘Abdul haliim dalam kitabnya Al Ikhwanul Muslimun Ahdaatsun Shana’atit Taarikh (3/127):
“IM mengadakan pesta perayaan dalam rangka memperingati peristiwa perang Badar di cabang IM wilayah ‘Abbaasiyyah di Kairo, dalam perayaan tersebut disampaikan ceramah mursyid umum IM yang kemudian dimuat dalam surat kabar pada hari berikutnya.”
Yang keempat, Perayaan memperingati peristiwa Hijrah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam .
‘Abbas As Siisy dalam kitabnya Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin (1/192) menceritakan perayaan IM dalam rangka memperingati peristiwa Hijrah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, pada sub judul: Ceramah Ustadz Mursyid Umum (Hasan Al Banna) dalam perayaan (memperingati) Hijrah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di masjid Sayyidah Zainab.
Yang kelima, Perayaan dalam rangka mengenang Nawwaab Shafawy (tokoh Syi’ah).
Yang dilakukan oleh para mahasiswa IM di Iran, sebagaimana yang diceritakan oleh At Tilmisaany dalam kitabnya Dzikrayaat laa Mudzakkiraat (hlm. 131).
Subhanallah! Inikah yang disebut persaudaraan kaum muslimin yang didengungkan oleh orang-orang IM!? Memperingati tokoh dari Syi’ah yang telah jelas-jelas menghina dan melecehkan kehormatan kaum muslimin. Subhanallah...
Yang keenam, Perayaan ulang tahun (berdirinya) kelompok IM.
Berkata ‘Abbas As Siisy dalam kitabnya Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin (1/260):
“IM merayakan ulang tahun ke-20 berdirinya kelompok tersebut.”
Yang ketujuh, Menghidupkan peringatan mengenang kematian Hasan Al Banna.
Berkata Mahmud ‘Abdul haliim dalam kitabnya Al Ikhwanul Muslimun Ahdaatsun Shana’atit Taarikh (3/179):
“Pada tanggal 12/2/1953 M para anggota Majelis Tsaurah menyatakan keinginan mereka untuk menziarahi tempat pemakaman Hasan Al Banna (dalam rangka) mengenang kematiannya, maka keinginan tersebut disambut baik oleh pihak IM, sehingga di tempat pemakaman mereka disambut oleh sejumlah besar anggota IM, yang dipimpin oleh mursyid umum IM (Hasan Al Hudhaiby)”
Semua bentuk perayaan-perayaan ini, dapat dikatakan sebagai sebuah kesesatan karena telah menyimpang dari Qur’an dan Sunnah. Berikut kami paparkan dalil-dalilnya:
Yang pertama, Allah berfirman,
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Maidah: 3)
Agama Islam ini telah sempurna, tidak perlu lagi ditambah-tambah dengan mengamalkan amalan-amalan yang tidak disyariatkan Allah.
Yang kedua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
“Tidak ada sesuatu pun yang mendekatkan kalian pada surga, kecuali sungguh telah aku perintahkan kalian semua dengannya. Dan tidak ada sesuatu pun yang mendekatkan kalian ke neraka, kecuali aku telah melarang kalian dengannya” (Lihat Ash Shahihah no 2886)
Bahkan Abu Dzar Al Ghifari berkata, “Sungguh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah meninggalkan kami dan tidak ada satu burung pun yang mengepakkan kedua sayapnya di udara kecuali telah disebutkan kepada kita ilmu tentangnya.” (HR. Ahmad)
Seluruh bentuk ibadah dan seluruh ilmu tentang agama ini telah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan. Dan apakah seluruh perayaan itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan? Tidak!
Anas bin Malik berkata,
“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya yang mereka bermain-main di hari raya itu pada masa jahiliyyah, lalu beliau bersabda: ‘Aku datang kepada kalian sedangkan kalian memiliki dua hari raya yang kalian bermain di hari itu pada masa jahiliyyah. Dan sungguh Allah telah menggantikannya untuk kalian dengan dua hari yang lebih baik dari keduanya, yaitu hari raya Idul Adha dan idul Fitri.’” (Shahih, dikeluarkan oleh Ahmad, Abu Daud, An Nasa’I, dan Al Baghawi)
Adakah di sana hari raya Isra’ Mi’raj? Atau peringatan Hari Hijrah? Atau perayaan kematian Hasan Al Banna? Kaum muslimin hanya memiliki dua hari raya yakni ‘Idul Adha dan ‘Idul Fitri.
Yang ketiga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,
“Barangsiapa yang beramal dengan sebuah amalan yang bukan dari ajaran kami maka amalan itu akan tertolak” (HR. Muslim)
“Hindarilah amalan yang tidak ku contohkan (bid`ah), karena setiap bid`ah menyesatkan” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Sungguh, apakah Nabi dan para sahabatnya telah mengajarkan semua peringatan-peringatan yang telah dilakukan IM?
Imam Malik bahkan menyatakan bahwa siapa yang menganggap bid’ah itu baik maka ia telah menuduh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkhianat tidak menyampaikan risalah. Subhanallah!
Namun, ketika orang-orang munafik memutar otak untuk menghindar dari syariat dan akhirnya mereka malah menebar syubhat.
Kata mereka: Tapi kan jama’ah IM banyak, masa’ semuanya jadi sesat?
Kami jawab: tidakkah kalian pernah mendengar firman Allah,
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. Al-An’am: 116)
Pernahkah kalian mendengar bahwa Hudzaifah bin Al Yaman berkata, “Setiap bid’ah adalah sesat, meskipun oleh manusia hal itu dianggap sebuah kebaikan”
Suatu hal tidak bisa dinilai sebagai sesuatu yang benar bila hanya diukur dari banyaknya orang yang menempuhnya, tetapi apakah hal itu sudah sesuai dengan kebenaran itu sendiri. Dan kita sebagai ummat Islam maka kebenaran adalah apa yang bersesuaian dengan Qur’an dan Sunnah.
Ibnu Mas’ud berkata “Jama’ah adalah apa yang bersesuaian dengan kebenaran meski engkau sendirian” (Syarh Ushulil I’tiqad Ahlissunnha wal Jama’ah, I/108)
Fudhail bin Iyadh berkata, “Ikutilah jalan-jalan petunjuk! Dan tidak akan merugikanmu meskipun sedikit orang yang menempuhnya. Sebaliknya, jauhilah jalan-jalan kesesatan! Dan janganlah tertipu dengan banyaknya orang yang celaka di dalamnya” (Al I’tisham I/112)
Kata mereka: bukankah banyak diantara pengurus IM adalah para ulama dan orang-orang yang sudah mengerti agama ini? mana mungkin mereka akan tersesat?
Kami jawab: duhai orang yang merugi, apakah kebenaran saat ini dinilai dari ketokohan seseorang? Apakah kita berani mencampakkan hadits Nabi dan lebih memilih perbuatan orang yang notabene ‘bukan siapa-siapa’?
Sesungguhnya Ibnu Abbas berkata, “Hampir saja kalian akan dihujani batu dari langit. Aku katakan: Rasulullah bersabda demikian lantas kalian membantahnya: Tapi Abu Bakar dan Umar berkata demikian?!” (Atsar Shahih: HR. Ahmad 1/337 dan Al-Khatib dalam Al-Faqih wal Mutafaqqih 1/145)
Sumber:
muslim.or.id;nahimunkar.com;salafiyunpad.wordpress.com;rizkytulus.wordpress.com; cafe-islamicculture.blogspot.com; SalafiDB 4.0
Wallahu a’lam
(Silakan simak pembahasan mengenai berbagai kesesatan yang dilakukan oleh sebagian Ikhwanul Muslimin dan juga pendapat para ulama mengenai gerakan dakwah IM ini dalam pembahasan kami yang sebelumnya, Kata Siapa Ikhwanul MusliminSesat? (Membedah Isu Kesesatan Ikhwanul Muslimin)
Bogor, 21 April 2012. Menjelang Ashar yang menenangkan
Artikel Cafe Sejenak
Komentar
Posting Komentar