Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2011

Bolehkah Bermaksiat dengan Alasan "Sesungguhnya Allah Maha Pengampun"?

            Pertanyaan : Syaikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya mengenai pelaku maksiat yang bila dilarang dari kemaksiatan ia berhujjah dengan firman Allah, “ Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ”             Jawab : apabila ia berhujjah atasnya dengan ayat ini, maka kita juga berhujjah dengan firman Allah, Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sungguh Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sungguh azab-Ku adalah azab yang sangat pedih (QS. Al-Hijr: 49-50)             Dan juga firman Allah, Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al-Maidah: 98)             Apabila ia memakai ayat-ayat raja’ (harapan), maka berikan kepadanya ayat-ayat wa’id (ancama...

Ngantuk Ketika Khutbah Jum'at? Ini Solusinya!

            Jika seseorang merasa ngantuk saat mendengarkan khutbah jum’at, sebaiknya ia bergantian tempat duduk dengan jama’ah lainnya, tanpa bicara namun cukup dengan isyarat kepada yang akan diajak untuk bertukar tempat duduk .             Dalil dalam masalah ini adalah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berbunyi, Jika salah seorang dari kalian merasa ngantuk pada hari Jum’at, maka hendaklah ia berpindah dari tempat duduknya ke tempat duduk temannya dan temannya berpindah ke tempat duduknya                    (HR. Baihaqi no. 238 dan dalam Shahihul Jami’ no. 812)             Dan ada lagi riwayat dari Ibnu Umar, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Jika salah seorang dari kalian mera...

Tolok Ukur Menyerupai Kaum Kafir (Bertasyabbuh)

Tolok ukur atau pengertian menyerupai orang kafir adalah melakukan suatu perbuatan yang hanya dilakukan oleh orang kafir bukan karena motivasi kemanusiaan. Oleh karena itu perbuatan yang dilakukan oleh orang kafir dan non kafir maka melakukan perbuatan tersebut tidaklah dinilai sebagai perbuatan menyerupai orang kafir. Termasuk perbuatan yang tidak hanya dilakukan oleh orang kafir – dalam pandangan saya- adalah memakai celana panjang atau yang di zaman ini disebut dengan pantalon bagi kaum laki-laki asalkan bukan pantalon yang ketat dan ngepress. Memakai pantalon itu bukan termasuk perbuatan menyerupai orang kafir karena pakaian jenis ini bukanlah ciri khas orang kafir. Bahkan sejak masa silam pakaian jenis ini dipakai oleh orang kafir dan bukan orang kafir. Di masa silam orang-orang Arab menyebut pakaian jenis ini dengan sebutan sarawil. Dalam definisi di atas disebutkan bahwa menyerupai orang kafir adalah melakukan perbuatan yang hanya dilakukan oleh orang kafir, bukan karena motivas...

Berdasi dan Berjas Termasuk Tasyabbuh? (Fatwa Lajnah Daimah tentang Pakaian yang Berkembang di Masyarakat Dunia)

Kehidupan masyarakat muslim di zaman ini sepertinya semakin sulit. Kaum muslimin dikepung dengan berbagai syubhat dan masalah yang makin memojokkan Islam dan syariat-syariat Allah dan rasul-Nya. Diantaranya adalah masalah bertasyabbuh (menyerupai) kaum kafir. Baik dalam masalah kehidupan pribadi, rumah tangga, bahkan bernegara. Dari masalah kehidupan, makanan, hingga pakaian kini menjadi sorotan ummat. Tentang munculnya trend dasi, jas, dll. Sementara itu kita sebagai umat Islam sudah seharusnya mengetahui, bagaimana pendapat para ulama mengenai hal ini. Dan kali ini yang dibahas adalah masalah hukum berdasi, berjas, dan memakai celana pentalon. Simak uraian berikut, yaitu fatwa yang dikeluarkan oleh para ulama dari Lajnah Daimah. Tanya : Apa hukum memakai celana pantalon jika modelnya ketat sehingga melekat di badan atau jika modelnya longgar? Bagaimana jika celana pantalon tersebut meniru pakaian orang-orang barat dan bagaimana jika model celana pantalon tersebut modelnya berbeda d...

Kupas Tuntas Masalah Hukum Doa Qunut (Menurut Pendapat Ulama Empat Madzhab)

Di Indonesia, sepertinya banyak sekali yang mengenal istilah qunut dalam masalah ibadah. Doa qunut yang sudah dianggap sebagai sebuah kewajiban sepertinya selalu dilaksanakan oleh sebagian kaum muslimin di Indonesia karena mereka merasa tanpa qunut subuh, maka tidak afdhal ibadah subuhnya. Namun, ada sebagian ummat Islam yang rupanya berang karena menganggap bahwa hal itu adalah bid’ah yang sesat. Mereka mencela pelaku qunut sebagai ahlul bid’ah yang menyesatkan. Lalu, bagaimana pendapat para ulama dalam hal ini? Pertanyaan : Bagaimana pendapat empat Imam Madzhab mengenai qunut? Jawab : Pendapat imam madzhab dalam masalah qunut adalah sebagai berikut. Pertama : Ulama Malikiyyah Mereka berpendapat bahwa tidak ada qunut kecuali pada shalat shubuh saja. Tidak ada qunut pada shalat witir dan shalat-shalat lainnya. Kedua : Ulama Syafi’iyyah Mereka berpendapat bahwa tidak ada qunut dalam shalat witir kecuali ketika separuh akhir dari bulan Ramadhan. Dan tidak ada qunut dalam shalat lima wak...

Intelektualitas

Di dalam hati setiap manusia, tentu memiliki perasaan yang menunjukkan bahwa ia adalah insan yang sempurna. Berbagai perasaan dalam dada itu merupakan karunia Allah yang telah menjadikan makhluk-Nya yang paling sempurna. Kita –qaddarallah- telah membangun berbagai peradaban yang jatuh bangun dalam sejarah manusia. Namun, bila dilihat semua sama. Setiap peradaban yang ada, setiap kekuasaan yang telah terbangun, memiliki satu poin penting: intelektualitas.             Bagaimana kita berpikir, bagaimana kita bersikap, dan bagaimana kita berkelakuan. Semua menunjukkan siapa kita di hadapan dunia dan siapa kita di hadapan Rabb alam semesta.             Bayangkan, bila hidup ini tanpa adanya sentuhan intelektualitas yang berdasar, tentu saja hanya akan menjadi peradaban yang tak akan lama.             Apa maksudnya intelektualit...

Nabi Buta Huruf, Tanda Keterbelakangan Islam?

Pertanyaan : Di zaman ini k ita sering sekali menemukan (lewat berbagai media, mulai dari media cetak seperti majalah atau elektronik seperti televisi dan internet) bahwa buta huruf adalah tanda dari keterbelakangan dan keterpurukkan.   Sementara itu, Allah telah mensifati ummat ini dengat umat yang ummiyyah (buta huruf). Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka (QS. Al-Jumu’ah: 2)             Maka saya harap penjelasan Syaikh mengenai hal itu.             Jawab : dulu ummat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari bangsa-bangsa Arab dan Ajam (non-Arab) tidak bisa membaca dan menulis. Karenanya, mereka dinamai umat yang buta huruf. Sementara orang-orang yang dapat menulis dan membaca di antara mereka sangat sedikit bila dibandingkan dengan selain mereka. Dan Nabi kita juga tidak bisa membaca dan menulis. Allah berfirman: D...